Penjelasan Ilmiah Penyebab Cegukan Terjadi
Calon wakil presiden nomor urut 01 Sandiaga Uno tak terlihat ketika pasangannya, Prabowo Subianto deklarasi klaim kemenangan Pilpres 2019. Tim 02 menyebut kala itu Sandiaga tengah sakit, cegukan hingga suaranya hilang.
“Nggak itu. Bang Sandi cegukan nggak berhenti. Cegukan, suaranya hilang. Bahkan duduk bareng dengan Pak Prabowo, terus cegukan, terus disuruh Pak Prabowo supaya istirahat di atas. Istirahat kemudian diturutin, kemudian cegukannya itu nggak berhenti,” kata Koordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi, Dahnil Anzar Simanjuntak, Kamis (18/4).
Biasanya, cegukan merupakan gangguan kecil dan sembuh tanpa perawatan, kecuali jika tak kunjung berhenti dalam waktu lama.
Seperti diberitakan Antara, dilansir dari Medical News Today, cegukan ada yang berlangsung kronis hingga sebulan atau bahkan lebih. Kasus cegukan terpanjang yang tercatat bertahan 60 tahun.
Jika cegukan berlangsung lebih lama dari 48 jam, maka penderita harus berkonsultasi dengan dokter karena bisa jadi mengalami kondisi medis yang serius seperti stroke dan gangguan pencernaan.
Cegukan berkepanjangan juga memicu masalah baru yakni insomnia dan depresi.
Bagaimana proses terjadinya cegukan?
Cegukan terjadi karena kontraksi diafragma yang tiba-tiba dan tidak disengaja bersamaan dengan kontraksi laring dan penutupan total glotis (tempat pita suara).
Kondisi ini menghasilkan aliran udara yang tiba-tiba ke paru-paru, dan memunculkan suara “hik”.
Faktor gaya hidup bisa sebabkan cegukan?
Ada sejumlah faktor gaya hidup yang turut mencetuskan cegukan, seperti konsumsi makanan pedas dan panas sehingga mengiritasi saraf frenikus yang lokasinya dekat kerongkongan.
Lalu, makan terlalu banyak sehingga menyebabkan perut kembung. Gas di perut bisa menekan diafragma.
Penyebab lainnya, minum soda, cairan panas, atau minuman beralkohol, terutama minuman berkarbonasi dan mengalami stres atau emosi yang kuat.
Penyebab cegukan berkepanjangan?
Terdapat sejumlah kondisi yang menyebabkan cegukan berlangsung terus menerus, antara lain kondisi pencernaan termasuk penyakit radang usus, obstruksi usus kecil, atau penyakit refluks gastroesofageal (GERD).
Selain itu, bisa juga pneumonia atau asma, kondisi yang memengaruhi sistem saraf pusat (SSP), termasuk cedera otak traumatis ( TNI), ensefalitis, tumor otak, atau stroke.
Lalu, kondisi yang mengiritasi saraf vagus, seperti meningitis, faringitis, atau goiter, reaksi psikologis, termasuk kesedihan, kegembiraan, kegelisahan, stres, perilaku histeris, atau syok.
Penyebab lainnya, kondisi yang memengaruhi metabolisme, termasuk hiperglikemia, hipoglikemia, atau diabetes, masalah hati dan ginjal.
Atau bisa juga karena kanker dan efek samping perawatan misalnya kemoterapi, iritasi kandung kemih, pankreatitis, kehamilan.
Pembedahan, tumor dan lesi juga bisa menjadi faktor risiko cegukan berkepanjangan.
merdeka.com