Kondisi Vitiligo yang Dialami oleh Seseorang Ternyata Bisa Disembuhkan
Vitiligo merupakan salah satu kondisi yang membuat perubahan warna pada kulit seseorang. Kondisi ini membuat kulit seseorang menjadi tampak memudar seperti kapur atau susu.
Kondisi yang dialami oleh sebagian orang ini sering disalahpahami sebagai hal yang tak bisa disembuhkan. Namun, kondisi ini bisa disembuhkan seperti disampaikan Kepala Divisi Dermatologi Anak Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung Jawa Barat, Reiva Farah Dwiyana.
Vitiligo adalah penyakit disebabkan kelainan pigmentasi kulit yaitu hilangnya sel penghasil pigmen (melanosit). Kondisi ini berakibat tidak terbentuknya zat warna (pigmen) sehingga kulit pasien akan tampak putih seperti kapur atau susu yang disebut dengan depigmentasi.
Ada berbagai cara pengobatan vitiligo, kata Reiva, tapi disesuaikan dengan masing-masing respons pasien. Mengenai durasi penyembuhan, antara pasien satu dengan yang lain bisa berbeda.
Saat ini pengobatan vitiligo yang cukup efektif ialah dengan obat yang dioles, fototerapi, serta obat yang diminum sebagai tambahan. Semuanya memberikan hasil yang bervariasi pada tiap-tiap individu.
Berdasarkan data yang dimiliki oleh RSHS Bandung, kunjungan pasien vitiligo untuk anak mencapai 100 orang dan dewasa ada sekitar 300 orang per tahun.
Mengenai awal mula kehadiran vitiligo, Reiva menjelaskan bahwa ada beberapa hal.
“Pertama jadi karena luka, kena pisau atau jatuh, nah itu bekasnya jadi putih. Atau trauma tumpul yang berulang, jadi misalkan terlalu ketat pake kacamata, pake jam tangan terlalu ketat, pakai sandal jepit terlalu ketat atau misalnya aktivitas sehari-hari yang tidak disadari oleh pasien,” ujar Reiva di RSHS Bandung ditulis Rabu (26/6/2019).
Aktivitas keseharian yang banyak tidak disadari oleh pasien saat terpapar vitiligo seperti sering mengetik, memakai masker, zat pemutih, deterjen sering menggaruk serta menggosokkan handuk ke kulit. Selain adanya kontak fisik lanjut Reiva, penyakit vitiligo dapat dipicu juga oleh paparan berlebih sinar matahai dan stres.
Akibat stres tersebut, terang Reiva, dapat menyebabkan susunan syaraf saat mengeluarkan zat-zat yang mempengaruhi ketidakseimbangan hormon. Vitiligo yang muncul di tubuh pasien akibat stres hanya terjadi di sebagian tubuh saja.
“Itu seringnya bukan karena autoimun tapi karena neurochemical yang salah satunya bisa karena stres. Tapi kalau stres secara menerus vitiligo, dia mengeluarkan hormon-hormon maupun sitokin yang pro peradangan sehingga terjadi autoimun,” tandas Reiva.
https://www.merdeka.com